LATAR BELAKANG: Negeri Kita Di Tengah Tantangan Kekinian dan Masa Depan
Bagaimana wajah negeri kita hari ini? Dalam sebuah
tulisannya, seorang ulama kharismatis di negeri ini mengungkap kegalauannya tentang wajah negeri ini
sekarang dan masa depan. Beliau mengutip Jared Diamond dalam bukunya 'Collapse'
(2005); Thomas Lickona (Profesor Pendidikan Cortland University, AS); dan Louis Kraar yang
memasukkan Indonesia dan beberapa negara lainnya sebagai negara yang berpotensi
menuju 'negara gagal' (failed state). Alasannya, negeri ini telah mengalami 10 tanda kehancuran
sebuah bangsa, diantaranya meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa
dan kata-kata yang memburuk, pengaruh kesetiaan remaja yang kuat dalam tindak
kekerasan, meningkatnya perilaku merusak diri seperti narkoba, alkohol dan sex
bebas, serta makin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. Indonesia mengalami krisis
multidimensi dengan kerusakan bangsa dan negara yang menyeluruh sehingga dikhawatirkan akan menjadi
'bangsa terbelakang' dan 'halaman belakang' di kawasan Pacific Rims. Kegalauan yang
sangat beralasan. Prestasi demi prestasi sejumlah yang telah diraih anak negeri pun
dalam banyak kancah internasional seperti tak bisa menghapusnya. Prihatin.
Di tengah krisis multidimensi yang menggerus nadi kehidupan
kita, sejumlah tuntutan masa depan, khususnya dalam menghadapi persaingan global
membutuhkan perhatian ekstra untuk memenuhinya. Tuntutan yang terangkum sedemikian rupa
dalam 10 tuntutan masa depan yang masih sangat relevan hingga kini seperti berikut
(anonim, 1999) :
1. Speed and responsive (cepat dan responsif)
2. Creativity innovation (inovasi kreatif)
3. Focus on competition environment (fokus pada lingkungan
yang kompetitif)
4. Leadership from everybody (kepemimpinan pada setiap
level)
5. Control by vision and values (kendali pada visi dan
nilai)
6. Information shared (andil informasi)
7. Proactive and entrepreneurial (proaktif dan berjiwa
wirausaha)
8. Creating tomorrow's market (kreasi pasar masa depan)
9. Interdependence (kemitraan)
10. Environmental Concerns (peduli lingkungan)
Tuntutan-tuntutan ini meniscayakan kebutuhan seluruh
stakeholder negeri ini akan efisiensi, produktivitas dan inovasi guna meningkatkan daya saing dalam
dunia yang makin kompetitif di tengah situasi dan kondisi berlepas dari krisis
multidimensi.
Kita Perlu Kepemimpinan Transformasional
Tuntutan untuk keluar dari krisis multidimensi dan ditambah
lagi dengan kesepuluh tuntutan itu mensyaratkan perlunya model kepemimpinan yang ideal dan para
ahli manajemen kekinian menyimpulkannya sebagai model kepemimpinan transformasional.
Model ini dinilai mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktivitas
dan inovasi guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang makin kompetitif. Model kepemimpinan ini diunggulkan sejalan dengan
hasil-hasil studi mengenai leadership skills yang berkembang sejak tahun 1900-an. Paling tidak terdapat
lima model kepemimpinan yang telah dikembangkan dalam studi-studi tersebut sebagaimana
yang dirangkum oleh Daryanto dan Daryanto (1999).
Pertama, Traits Model of Leadership (1900-1950-an) yang
lebih banyak meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti
kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, status sosial dan lain-lainnya.
Kedua, Model of Situational Leadership (1970-an-1980-an)
yang lebih fokus pada faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Ketiga, Model
of Effective Leaders (1960-an-1980-an). Model ini mendukung asumsi bahwa pemimpin
yang efektif adalah pemimpin yang mampu menangani aspek organisasi dan
manusianya sekaligus. Keempat, Contingency Model (1960- an–1980-an). Sekalipun
dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek
kepemimpinan dalam organisasi, namun belum dapat menghasilkan klarifikasi yang
jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku
pemimpin dan variabel situasional.
Kelima, Model of Transformational Leadership (1970-an–1990-an).
Sekalipun relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan, model ini dinilai lebih mampu
menangkap fenomena kepemimpinan dibanding model-model sebelumnya. Bahkan banyak peneliti dan
praktisi manajemen sepakat bahwa model ini merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik
dalam menguraikan karakteristik pemimpin. Konsep ini pun dinilai telah
mengintegrasikan dan sekaligus menyempurnakan ide-ide yang dikembangkan dalam model-model
sebelumnya.
Para ahli, seperti Sarros dan Butchatsky (1996) misalnya,
juga menyebut model kepemimpinan ini sebagai model kepemimpinan penerobos (breakthrough
leadership). Disebut penerobos, karena pemimpin dengan tipe ini memiliki kemampuan untuk
membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun
organisasi dengan jalan memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam
organisasi ataupun perbaikan organisasi; memulai proses penciptaan inovasi; meninjau kembali
struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang
menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan
organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin mampu membawa
perubahan yang mendasar
dan besar dalam kehidupan pengikut karena memiliki pemikiran
'metanoiac' (meta = perubahan, nous/noos = pikiran; Yunani).
Selain Sarros dan Butchatsky (1996), terdapat sejumlah ahli
manajemen lainnya juga memberikan apresiasi yang sama terhadap model kepemimpinan
transformasional atau 'metanoiac' ini. Tercatat seperti Hater dan Bass (1988),
Yammarino dan Bass (1990), Tichy dan Devana (1990), Bass dan Avolio (1994) serta Bryman (1992).
Dari pendapat ahli-ahli tersebut, utamanya dari Bass dan Avolio (1994) diketahui bahwa
idealnya model kepemimpinan ini dikarenakan model ini memiliki empat dimensi kepemimpinan
yang disebut sebagai 'the four I's' atau Empat I berikut.
1. Idealized Influence (pengaruh ideal). Pemimpin memiliki
perilaku yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya.
2. Inspirational Motivation (motivasi inspirasi). Pemimpin
mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan/pengikut,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi dan mampu
menggugah spirit tim melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme.
3. Intellectual Stimulation (stimulasi intelektual).
Pemimpin mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan/pengikut, memberikan motivasi pada bawahan untuk
mencari pendekatanpendekatan baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4. Individualized Consideration (konsiderasi individu).
Pemimpin mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan/pengikut
serta secara khusus mau memperhatikan kebutuhan bawahan/pengikut akan pengembangan
karir.
Untuk dapat merengkuh empat dimensi kepemimpinan
'metanoiac', seseorang disyaratkan untuk memiliki sejumlah syarat penting berikut. Dari Kotter
(1997) dan juga Covey (2000), setidaknya dapat disarikan tujuh syarat penting yang
dimaksud : (1) Worldview, (2) Nilai-nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4) Dimilikinya pengetahuan mengenai
industri dan organisasi, (5) Dimilikinya relasi yang kuat dalam industri dan organisasi,
(6) Dimilikinya kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti a to z bisnis, manajemen,
keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7) Dimilikinya
reputasi dan catatan rekor. Worldview atau paradigma adalah cara pandang seseorang dalam
melihat (mempersepsi, mengerti, menafsirkan) dunia. Dalam bahasa yang lain dapat
disebut juga sebagai mafahim 'ani al-insan, wa al-kaun, wa al-hayat atau cara pandang yang
didasarkan pemahaman akan hakikat keberadaan manusia, alam semesta dan kehidupan. Cara pandang
ini menentukan sikap atau perilaku dan perasaan. Ketika melihat dengan cara yang
berbeda, maka akan berfikir dengan cara berbeda, merasa dengan cara yang berbe a dan
berperilaku dengan cara yang berbeda pula. Cara kita melihat masalah berpusat pada prinsip,
sesuatu yang sangat mendasar.
Sedemikian pentingnya sebuah worldview bagi kehidupan seseorang,
menjadikannya sebagai syarat pertama yang akan mendasari syarat-syarat berikutnya.
Worldview akan mempengaruhi kandungan dan arah nilai-nilai pribadi dan motivasi. Worldview
juga akan mendasari bagaimana seseorang menyikapi keberadaan organisasi dan 'industri'
yang dimasukinya, menuntunnya menjalin relasi di dalamnya. Worldview akan membangkitkan
semangat dan energi yang luar biasa untuk belajar dan menguasai sejumlah keahlian yang
dibutuhkan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, teknik pengambilan keputusan dan
sejumlah keahlian penunjang lainnya. Terakhir, Worldview akan menuntun seseorang untuk
selalu menjaga reputasi dan
catatan rekornya agar sesuai dengan prinsip yang
diyakininya.
Atas itu semua, dapat disimpulkan bahwa kini kepemimpinan transformasional
menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan lagi bagi seluruh elemen stakholder
negeri ini, tak terkecuali generasi mudanya.
Membaca situasi dan kondisi di atas, OSIS SMAIT Insantama
memandang penting diselenggarakannya Latihan Kepemimpinan dan Manajemen
Tingkat Akhir (LKMA) ke Malaysia. Kegiatan ini menguatkan dasar-dasar ilmu kepemimpinan
transformasional yang telah diterima peserta pada jenjang pelatihan sebelumnya, yakni Latihan
Dasar Kepemimpinan (LDK) 'Taklukkan Cianjur' pada semester 1, Latihan Kepemimpinan
dan Manajemen Tingkat Menengah (LKMM) 'Problem Solving Masyarakat Desa' pada semester 3.
Lantas mengapa harus ke Malaysia? Malaysia dipilih karena
negeri ini termasuk satu dari sedikit negara yang nyaris tidak terkena dampak krisis dunia.
Malaysia juga mampu membalik keadaan dari negeri yang dulu banyak mengirim SDM-nya untuk belajar
ke Indonesia, kini menjadi sebaliknya. Meski tentu Malaysia ada saja plus dan minusnya,
namun dengan dua alasan ini, setidaknya kita dapat belajar banyak bagaimana pola
kepemimpinan yang diterapkan di sana sehingga dapat menghasilkan SDM yang bisa bersaing di pentas
dunia dan negeri yang cukup diperhitungkan tingkat kesejahteraannya. Maka, dengan tajuk
'Studi Komparasi Kepemimpinan dan Manajemen ke Malaysia', OSIS SMAIT Insantama dapat
mempraktikkan ilmu
kepemimpinan transformasional yang telah didapatkannya
selama ini serta menimba langsung ilmu kepemimpinan yang diterapkan di Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar